Monday, March 25, 2013

Suatu ketika di pagi itu



Ingatan tentang raut wajah ketakutan dari seorang wanita tua itu tak juga mau pergi dari pikiranku walau sekejab. Masih teringat jelas bagaimana ucapannya tercekat  saat mendengar bentakan yang tak kunjung berhenti kepadanya. Bibir yang terlihat kering dan pecah itu hanya bisa tertutup rapat, karena ia terlalu takut untuk bersuara. Hanya gumaman meminta maaf terdengar sayup, tak sanggup lagi menahan tubuhnya yang bergetar hebat ia pun terduduk di tikar tempatnya tidur sehari-hari. Seperti belum puas lelaki itu kembali menendang pintu tepat di depan wanita itu, seolah amarahnya belum reda karena terbangun subuh hari ini. Ia marah karena mendengar suara berisik dari kamar mandi mereka. Ini masih terlalu   pagi untuknya, hingga akhirnya ia tak mampu menahan rasa marahnya. 

Yang aku ingat ia hanya tertunduk, meratapi kesalahannya …sungguh ia tak bermaksud membuat suasana kacau pagi ini. Ia merasa bodoh, lemah dan tak berguna. Ia terlalu takut mengangkat wajahnya bahkan menangis pun ia sudah tak sanggup. Sudah terlalu sering jiwanya terguncang semenjak ditinggal mati suaminya 4 tahun yang lalu. Dan pagi ini, ia kembali harus merasakannya, yang dapat ia lakukan hanya berdoa memanggil nama Tuhannya yang tak pernah jauh darinya. Lelaki itu….dengan bersungut-sungut kembali ke kamarnya mencoba meneruskan tidurnya yang terganggu sesaat. Dan kembali keluar, sambil berteriak “aku ingin tidur!, ada apa denganmu??!” dan membanting gelas minuman yang ada di tangannya. “maaf nak, semua ini salahku” terbata wanita tua itu berharap amarah itu segera lenyap. 

Pagi ini aku terbangun, tidak ada roti dan minuman yang selama ini selalu tersedia sebelum aku berangkat kerja. Tidak ada suara wanita itu, untuk mengingatkan sarapan tempat tidurnya juga sudah rapi…keranjang lusuh tempat bekalnya jika pergi ke ladang juga masih di sana. Pasti ia masih takut, bertemu dengan lelaki itu pagi ini, kejadian semalam terlalu traumatis untuknya. Ia hanya perlu menenangkan diri, mengobati luka hati itu sendiri. Semoga waktu bisa menyembuhkannya. 

Aku memanggil wanita tua itu Ibu dan lelaki pemarah itu adalah aku….