Tuesday, April 10, 2012

Suatu Ketika di Pantai Malam itu

Semilir angin...
Riak kecil ombak...
Aku mencoba bermain dengan benakku

Sejenak, biarkan angan ini memanjakanku
Mendekapku erat dalam keheningannya
Mengajak jiwaku tersenyum lagi

Kuteguk damai itu di bawah terangnya rembulan
Sambil ditemani bintang yang tersenyum

Lukaku bagai tersaput kabut malam
Kecamuk jiwa yang sekian lama menyiksa seolah hilang entah kemana...

Jangan, jangan bawa aku kembali ke dunia nyata sekarang!

Aku masih ingin di sini
Bermain dengan khayalku
Membebaskan penatku
Yang sekian lama tertahan

Aku masih ingin berteman dengan gelapnya malam ini
Yang mampu membuatku teramat damai

Telah ku lewati hari2 yg begitu mebuatku penat
Untuk sekali ini biarkan aku menikmati sisa damai itu

Suatu Ketika di Pantai malam itu...

#jones pinjam potondu ya teman ^_^

Monday, April 09, 2012

Mencecap Pesona Pulau Weh

"Kita harus berangkat pake bis, mobilnya tidak jelas, palak aku" suara Ivan di ujung telepon membuat aku sedikit ragu. Bagaimana tidak sudah sejak seminggu lalu kami memutuskan 'mencarter' mobil yang dimiliki seorang teman untuk mengantar kami ke Medan dengan alasan lebih nyaman, dan aman dibanding bus walau lebih mahal..ditambah lagi,kami berangkat usai jam kantor 16.30 WIB terlalu mepet mengejar bus terakhir pukul 20.30 karena jalur Kabanjahe - Medan tak pernah bisa diprediksi,walaupun normalnya bisa ditempuh dalam waktu 2 jam, bisa juga berjam-jam. Jalan yang berkelok dan relatif sempit, membuat jalur ini sangat riskan untuk macet. Banyaknya volume kendaraan yang melintas sangat cepat membuat antrian panjang ketika ada mobil rusak di tengah jalan atau truk pengangkut yang terguling ketika mencoba melewati tikungan tajam di sini, tapi apa boleh buat rencana awal tak berjalan dan kami harus bergegas jika tak ingin ditinggal bus ke Banda Aceh!! Haiyaaaaaaaaa
***

Medan 19.45 WIB
Hujan deras malam ini seolah mencoba mengusik pikiranku selama perjalanan nanti. Berlakunya hukum syariah di daerah ini, memunculkan beberapa kekhawatiran yang jujur bisa membuat bimbang. Selain itu komentar-komentar negatif seputar Aceh yang akan menggelar pilkada 3 hari setelah kedatangan kami, membuatnya terlihat semakin lengkap. Sudah bukan hal yang baru pilkada sebuah daerah identik dengan perselisihan yang tak jarang memicu kerusuhan, bahkan 3 bulan sebelumnya sebuah stasiun TV nasional gencar memberitakan persoalan keamanan di daerah ini. Itu pula alasan kami menunda kunjungan kami ke sana akhir Januari 2012 lalu, namun sepertinya 'hasrat' untuk melihat pantai-pantai indah di pulau We mengalahkan keraguan kami dan this is the time, besok pagi kami akan berada di sana. Oh ya, masih ada 1 lagi, aku tak bisa tidur di bis!!!
Ohh God...

**
Banda Aceh 06.00 WIB

Teriakan supir bus Kurnia "bandaaaa...bandaaaa...menyadarkanku jika kami telah tiba di ibukota propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, ini kali pertama aku menginjakkan kaki di sini, kota yang dulunya hancur luluh lantak dihantam tsunami desember 2004 kini terlihat mulai bangkit kembali. Banyak bangunan baru mulai dibangun di pinggir jalannya yang luas, sesekali aku melihat warga lokal berolah raga pagi dengan bersepeda atau berjalan kaki, kendaraan juga tidak terlalu ramai pagi ini. Belum ada kesibukan berarti di sekitar terminal, namun sekumpulan lelaki di ujung terminal membuatku bertanya sejak kapan mereka menunggu penumpang apakah mereka tidak tidur sepertiku? :)
Tatapan mereka membuatku sibuk memperhatikan cara berpakaian kami, kalau-kalau ada yang salah, terutama para rekan wanita yang sudah menyiapkan kerudung mereka sejak meninggalkan Medan. Well, semoga tidak ada yang menarik perhatian mereka..fhuh
Tak lama taksi yang kami nantikan tiba, sesaat aku bisa melihat kekecewaan di wajah mereka yang sejak tadi mencoba membujuk kami untuk diantar ke Ulee Lheue dengan becak mesin. "Maaf pak, sudah dipesan sebelumnya dari Medan" kata Jansen kemudian.
Perjalanan ke pelabuhan tempat kami menyeberang ke pulau Weh memang sebentar, pengemudi taksi yang kami tumpangi (oh..lupa berkenalan shame on me) sempat bercerita bagaimana detik-detik terakhir sebelum tsunami menghancurkan pelabuhan dan pemukiman penduduk di sekitarnya. Aku hanya terdiam, membayangkan bagaimana perjuangan berbagai pihak untuk memulihkan daerah ini hingga menjadi seperti yang kulihat saat ini.

**
Nama kapalnya KM. Pulo Rondo, cukup nyaman, walaupun kami memilih kelas ekonomi, 45 menit perjalanan kapal cepat ini mengantar kami tiba di Balohan pelabuhan Sabang, yayyyyy...
Tidak terlalu besar namun cukup bersih, dan di sekitarnya banyak penjual makanan dan minuman salah satunya 'kedai Aceh Tulen' tetapi pemiliknya sepertinya etnis Tionghoa ;)
Saatnya menuju penginapan!!
Pak Ruslan namanya, ia sudah menyiapkan 2 kamar untuk kami, yang pada akhirnya kami tolak dan lebih memilih rumah panggung untuk kami bersembilan, ada 2 kamar di dalamnya dan masih ada ruang kosong untuk kami bersantap malam. Butuh perjuangan untuk meyakinkan beliau agar kami bisa menyewa rumah ini, karena memang tidak diperuntukkan bagi yang belum sah suami istri namun setelah berulang kali menjelaskan dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan amoral, akhirnya kami pun bisa menyewanya :)
Dari penginapan, kami bisa melihat pesona pantai iboih yang begitu indah, degradasi warna hijau dan kapal nelayan yang tertambat di pinggirnya membuatku semakin tak sabar untuk bermain-main di atas pasirnya yang lembut. Tak jauh dari sana, kami bisa melihat pulau Rubiah yang katanya cocok untuk tempat snorkling.
Setelah berdiskusi sebentar, kami pun memutuskan untuk ber-snorkling sepanjang hari itu, dan esok dilanjutkan berkeliling kota sabang, dengan biaya 50 ribu per orang kami menyewa peralatan snorkling ditambah pemandu yang akan membawa kami ke spot-spot indah dan 150 ribu rupiah lagi untuk sewa boat untuk mengantar kami ke pulau.

Walau pertama kali, ternyata snorkling tak sesulit kelihatannya. Hanya berlatih bernafas dengan mulut maka kita sudah bisa melihat-lihat keindahan alam bawah laut dengan ribuan mahluk hidup di dalamnya. Ada tripang, bintang laut, ikan bulu ayam,letter six aceh,layaran,bh leadership, angelfish dan masih banyak lagi, percaya atau tidak, snorkling bisa membuat ketagihan, jika saja wandi (pemandu, yang tak percaya dengan usia kami sebenarnya) tak mengingatkan kami bisa-bisa kami tak ingat waktu dan terus mencari spot-spot lainnya. I Love Snorkling!!

**

Jika sampai di sabang, wajib singgah di tugu Nol Kilometer, tugu yang diresmikan 24 September tahun 1997 oleh Menristek BJ.Habibie ini kondisinya terbilang kurang terawat,atapnya banyak yang bocor, bahkan ada tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab tega menuliskan nama mereka di prasasti tugu 'yassir dkk' halahhhhh....
tidak banyak keterangan yang bisa diperoleh mengenai tugu ini di sini, hanya tanggal diresmikan dan posisi nya berdasarkan letak geografis, suasana yang sepi tiba-tiba berubah ketika puluhan monyet liar mulai mendekati kami,berharap mendapat makanan bukan hanya monyet seekor babi hutan berukuran besar juga sukses membuat Lara menjerit-jerit karena takut. Karena suasana sudah mulai tidak kondusif kamipun memutuskan segera pergi dari tempat itu, Jefry (pemandu kami hari ini) mengajak kami untuk melihat air terjun dan 2 pantai lagi sebelum kami menuju pelabuhan Balohan. Pantai anoi hitam dan sumur tiga, semakin menggoda kami untuk tinggal lebih lama di pulau ini. Yahh...1 malam memang sangat sangat kurang untuk menikmati keindahan yang ditawarkan pulau Weh :( "kita akan kembali ke sini" begitu ucapan-ucapan yang keluar untuk menghibur hati preeeet...

Berkeliling Pulau Weh mengingatkanku pada tetangga pulau ini, Pulau Langkawi Malaysia dan Phuket di Thailand. Konturnya sama, ada hutan, pantai dan pulau-pulau indah di sekitarnya. Pulau ini tidak kalah menarik, hanya perlu waktu untuk mengejar ketertinggalannya untuk dikenal. Perlu keseriusan dari berbagai pihak untuk kemajuan pariwisata di sini, terutama dalam bidang transportasi untuk akses ke pulau. Seandainya beberapa tahun lagi, pulau Weh akan mempunyai bandar udara internasional sendiri mungkin ia akan berdiri sejajar dengan daerah wisata milik kedua negara tetangga. See you again Pulau Weh!!

#semoga tulisan ini bisa menjadi potongan-potongan kenangan indah kebersamaan kita -Kacinanoers#
Love You all...