Friday, August 24, 2007

5 hari lagi

…Perlu waktu 5 hari lagi
Jika nanti hari itu tiba, satu lembar kisah akan bertambah dalam buku kehidupanku
Lembaran dengan warna yang sejak kecil ingin kutambahkan
Kini, tinggal menunggu berjalannya waktu untuk sampai
di 5 hari lagi…

Monday, August 13, 2007

bang Candra

Aku memanggilnya bang Candra, sepupuku dari ibu. Di antara semua saudara sepupuku dari Ibu, aku paling dekat dengan bang Candra, meskipun usia kami terpaut 3 tahun itu tidak menjadi masalah buat kami,aku ingat, saat masih duduk di SD, jika liburan sekolah kami sering menghabiskannya di kampung iting (nenek). Biasanya kami janjian terlebih dahulu, karena tempat kami tinggal yang berjauhan, dia di Sialang Buah, dan aku di Kabanjahe.

Saat berada di kampung iting, maka kami akan diajak ikut ke Ladang, mencari kayu bakar, mencari ikan di sungai, bahkan diajari bercocok tanam. Hampir semuanya bisa dikerjakan oleh bang Candra, mulai memanjat pohon jambu air yang tinggi, membuat kandang ayam, memperbaiki alat-alat yang rusak, sampai mengangkat air dari sungai untuk keperluan dapur.

Sebagai seorang abang, bang Candra juga termasuk abang yang sangat baik menurutku. Aku yang sering ngambek minta pulang saat iting mulai cerewet, selalu bisa dihibur dan dibujuknya dengan segala cara, hingga akhirnya akupun luluh.

Pernah bertengkar?
sering, bang Candra akan sangat marah jika aku mengatakan dia cocok dengan "^%&$#". Anak perempuan sebaya dengannya, entah mengapa dia sangat tidak menyukainya. Dia akan segera memelintir tanganku, sampai aku berteriak minta ampun! dan berjanji tidak mengulanginya,
tapi ada juga seorang kakak di kampung itu yang diam-diam disukai bang Candra dan...akhirnya kini menjadi istrinya *selamat !!

Kini, sudah lebih dari 7 tahun, kami tidak pernah lagi bertemu. Semenjak aku masuk kuliah pada tahun 1999, kami seperti kehilangan kontak. Hanya kabar - kabar yang kudengar dari iting, kalau sekarang Bang Candra sudah menetap di Riau bersama keluarganya.
Hingga akhirnya tadi malam, aku mendapatkan nomornya dari sepupuku, saudara perempuannya.

Dan kami pun berbincang, sampai larut malam. Dia belum berubah, selama 7 tahun tidak bertemu, bang Candra masih sosok abang yang bijaksana, rajin, dan dewasa. Aku mendapat banyak pelajaran dari abangku ini, sukses ya bang!! mudah-mudahan rencana pulang kampung bukan Desember nanti bisa terlaksana.

Thursday, August 09, 2007

entah

Entah mengapa, pagi itu ada perasaan tidak enak saat aku berniat berangkat ke kantor. Tidak biasanya, aku merasa berat melangkahkan kaki ke kantor seperti pagi itu, bukan karena hari Senin yang kata sebagian orang “I hate Monday” bukan itu tapi ini ah..aku bingung.

Dengan berat hati, aku pun mulai memacu motor mattic kepunyaanku, wah..sudah jam 8.30 pasti terlambat lagi gumamku dalam hati, tapi tidak apalah, tidak perlu ngebut, lebih baik terlambat daripada nanti di jalan ada apa-apa, dan akupun melaju dengan kecepatan 20 – 30 km/ jam dan memakai lajur kiri.

Rute yang kulewati setiap pagi, terbilang rute yang sepi dibanding rute biasa, yang lebih dekat jaraknya, namun pasti lebih padat apalagi hari Senin seperti ini. Sepanjang jalan aku terus dihinggapi perasaan tidak nyaman, aku sukar sekali berkonsentrasi, beberapa kali aku harus me-rem mendadak karena terkejut tiba-tiba jarakku dengan kendaraan lain terlalu dekat, KONSENTRASI dan HATI_HATI, kataku berkali-kali, tenang saja tidak akan ada apa-apa.

Setengah perjalanan bisa kulewati dengan aman, sebentar lagi aku akan tiba di kantor, aku sengaja tidak melihat jam tangan, khwatir terpancing untuk ngebut karena takut terlambat, tapi ternyata keadaan berkata lain, entah darimana datangnya tiba-tiba sebuah Xenia biru melaju sangat dekat di sisi kananku, hingga menyenggol stang sambil membunyikan klackson dengan kencang, karena panic aku pun tidak bisa menjaga keseimbangan dan braaakkkk…aku terjatuh terseret sejauh 2 meter.

Ya Tuhan, aku melihat celana jeans yang kupakai robek dengan bagian lututku yang terkoyak, dan aku mengangkat wajah untuk memastikan pengendara itu melarikan diri, saat melihat dia berhenti, aku berusaha mengangkat motorku dan memarkirkannya di tepi jalan. Sambil berjalan ke tepi aku merasakan cairan kental dingin menetes di sekitar bibirku, aku bingung, terdiam, mencoba menenangkan diri, bla..bla..bla..si pengendara mencoba adu argument, aku hanya diam..hingga akhirnya aku memutuskan memberi tahu ke teman kantorku, aku butuh teman saat ini, pikirku.

Syukurlah, sesaat setelah dibawa ke sebuah klinik terdekat, lukaku tidak terlalu parah, meskpun begitu teman-temanku ( thanx Kasim & Dwi) tetap meyakinkanku, apakah aku baik-baik saja, sudahlah , yang penting tidak ada yang perlu dijahit, dan luka dalam, aku hanya ingin pulang kataku, sepanjang jalan aku hanya terdiam, tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutku…hanya sebuah perasaan haru, pelajaran yang kudapat hari itu membuatku akan lebih menjaga sikap lagi.