Monday, March 25, 2013
Suatu ketika di pagi itu
Sunday, May 20, 2012
Balada Agas dan Gayung!
Apalagi kali ini kepergianku ke tuk-tuk (masih) bersama 'kacinanoers'. Juni 2009, kali terakhir aku berpetualang di tempat indah ini, kini terlihat tuk-tuk semakin berbenah menyambut para pengunjung yang ingin menghabiskan hari libur terutama saat libur panjang 'terjepit' seperti kali ini. Lampu warna warni,dentuman musik dan ramainya orang berlalu lalang menyiratkan tuk-tuk perlahan telah bangkit kembali menjadi salah satu pesona danau toba yang sempat tertidur.
Untuk penginapan tak usah khawatir, beragam pilihan ditawarkan di sini, mulai dari guest house, hingga kamar setaraf hotel berbintang. Kamipun memilih menginap di 'samosir villa resort', walaupun sebelumnya ivan tidak berhasil membooking lewat telepon beberapa hari lalu, namun kami memutuskan untuk mencobanya lagi setiba kami di sini.
Dan hasilnya...satu family room ternyata masih kosong, ada 3 kamar, dan ada ruang tamu juga, meski tidak memiliki view langsung ke danau bukan menjadi masalah "toh kita kesini kan bukan untuk berdiam di kamar" ujar Nila, setuju!!! Lagipula terlalu sulit menolak keindahan penginapan ini, dengan arsitektur bangunan dan fasilitasnya.
Saatnya memilih kamar, aku dan jansen memilih kamar paling ujung dekat jendela, sementara nila,elsa,dan lara memilih kamar di sebelah kami,sehingga 1 kamar yang tersisa menjadi milik ivan dan jones ;)
Kamarnya bagus, cukup nyaman, kamar mandi juga bagus, tetapi...mengapa ada ember dan gayung?? Bagaimana caranya aku mandi dengan kondisi tubuh seperti ini? *Sigh
***
# 6 jam sebelumnya
Errrrrggghhh...
Badanku terasa sakit semua, latihan bulutangkis semalam menyisakan siksaan di sekujur tubuhku. Karena sudah terlalu lama tidak berolah raga alhasil membuat otot - ototku pegal, terutama di bagian lengan dan pinggang. Berat sekali, bahkan membuatku tidak tidur semalaman, berjalan juga seperti robot, dan tangan kananku seolah tak bertenaga. Terlalu banyak mengayun raket membuatnya terasa ngilu, jangankan mengangkat gayung, memegang gelas saja aku harus berupaya keras. Bagaimana ini???
Sepintas kemudian, aku mendapat pesan dari Jones yang mengatakan kalau dia sudah berada di depan gang rumahku dan siap untuk berangkat. Bersusah payah, aku berkemas seadanya dan syukurlah, Nila membawa bantal kecilnya yang akhirnya kupakai menahan pinggangku agar tidak terlalu sakit saat duduk. Selamat pagi semua!! Are you ready for the trip? #senyum merintih
Rute kita kali ini Kabanjahe- Tele- Tuk-tuk, meski terbilang lebih jauh dan lama, namun kita tidak perlu menyeberang dengan ferry. Lagipula menurut Jones jalur yang kami tempuh lebih singkat 1,5 jam dibanding menempuh rute Kabanjahe - Sidikalang- Tele - Tuk-Tuk.
Namun jalan yang kami lalui ternyata cukup parah, penuh lubang dan sempit. Jones pun harus ekstra hati-hati memacu kendaraan, dan seperti yang diperkirakan kurang lebih 1 jam kemudian kami telah tiba di penatapan Tele dan memutuskan makan siang di sini.
Ini kali pertama aku menginjak tempat ini. Bangunannya seperti menara, terdiri dari 3 lantai, pemandangan dari atas sini membuatku lupa dengan segala rasa sakit yang dari tadi menyiksaku...begitu menakjubkan. Dari kejauhan tampak danau toba seperti sebuah mahakarya lukisan, dengan bebukitan di sekelilingnya SEMPURNA!!
Apa ini!!
Rasa gatal di kakiku begitu familiar, begitu juga di tanganku, seolah tak percaya kulihat bekas gigitannya...agas?*
di tempat ini juga ada agas??
Membayangkan rasa gatal yang bisa jadi berhari-hari menyiksa, dengan setengah memaksa, aku mengajak teman-teman segera meninggalkan tempat itu meski belum semua sudut berhasil kuabadikan. Di dalam mobil aku melihat ternyata ada 3 bekas gigitan agas di tubuhku, 1 di betis, 2 di tangan kiri dan kanan...dan hanya aku tidak dengan yang lainnya :(
***
Gayung itu?
Bekas gigitan agas ini?
Baiklah, mari kita berenang saja. Terlalu sayang jika liburan kali ini dihabiskan dengan berkeluh kesah.
Yang terpenting, kembali aku bisa menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabat 'kacinano' ku ini, waktu yang selalu penuh dengan canda tawa tak perduli dimanapun kami berada, waktu yang selalu ingin kuputar ulang dan tak ingin ketinggalan sedetik saja....aku tidak tahu kemana waktu akan membawa kami selanjutnya, satu yang pasti: i love you #kacinanoers :)
Agas*: serangga kecil yang terbang hampir tak terlihat mata, namun sengatannya mengakibatkan gatal yang sangat hebat
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Tuesday, April 10, 2012
Suatu Ketika di Pantai Malam itu
Riak kecil ombak...
Aku mencoba bermain dengan benakku
Sejenak, biarkan angan ini memanjakanku
Mendekapku erat dalam keheningannya
Mengajak jiwaku tersenyum lagi
Kuteguk damai itu di bawah terangnya rembulan
Sambil ditemani bintang yang tersenyum
Lukaku bagai tersaput kabut malam
Kecamuk jiwa yang sekian lama menyiksa seolah hilang entah kemana...
Jangan, jangan bawa aku kembali ke dunia nyata sekarang!
Aku masih ingin di sini
Bermain dengan khayalku
Membebaskan penatku
Yang sekian lama tertahan
Aku masih ingin berteman dengan gelapnya malam ini
Yang mampu membuatku teramat damai
Telah ku lewati hari2 yg begitu mebuatku penat
Untuk sekali ini biarkan aku menikmati sisa damai itu
Suatu Ketika di Pantai malam itu...
#jones pinjam potondu ya teman ^_^
Monday, April 09, 2012
Mencecap Pesona Pulau Weh
***
Medan 19.45 WIB
Hujan deras malam ini seolah mencoba mengusik pikiranku selama perjalanan nanti. Berlakunya hukum syariah di daerah ini, memunculkan beberapa kekhawatiran yang jujur bisa membuat bimbang. Selain itu komentar-komentar negatif seputar Aceh yang akan menggelar pilkada 3 hari setelah kedatangan kami, membuatnya terlihat semakin lengkap. Sudah bukan hal yang baru pilkada sebuah daerah identik dengan perselisihan yang tak jarang memicu kerusuhan, bahkan 3 bulan sebelumnya sebuah stasiun TV nasional gencar memberitakan persoalan keamanan di daerah ini. Itu pula alasan kami menunda kunjungan kami ke sana akhir Januari 2012 lalu, namun sepertinya 'hasrat' untuk melihat pantai-pantai indah di pulau We mengalahkan keraguan kami dan this is the time, besok pagi kami akan berada di sana. Oh ya, masih ada 1 lagi, aku tak bisa tidur di bis!!!
Ohh God...
**
Banda Aceh 06.00 WIB
Teriakan supir bus Kurnia "bandaaaa...bandaaaa...menyadarkanku jika kami telah tiba di ibukota propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, ini kali pertama aku menginjakkan kaki di sini, kota yang dulunya hancur luluh lantak dihantam tsunami desember 2004 kini terlihat mulai bangkit kembali. Banyak bangunan baru mulai dibangun di pinggir jalannya yang luas, sesekali aku melihat warga lokal berolah raga pagi dengan bersepeda atau berjalan kaki, kendaraan juga tidak terlalu ramai pagi ini. Belum ada kesibukan berarti di sekitar terminal, namun sekumpulan lelaki di ujung terminal membuatku bertanya sejak kapan mereka menunggu penumpang apakah mereka tidak tidur sepertiku? :)
Tatapan mereka membuatku sibuk memperhatikan cara berpakaian kami, kalau-kalau ada yang salah, terutama para rekan wanita yang sudah menyiapkan kerudung mereka sejak meninggalkan Medan. Well, semoga tidak ada yang menarik perhatian mereka..fhuh
Tak lama taksi yang kami nantikan tiba, sesaat aku bisa melihat kekecewaan di wajah mereka yang sejak tadi mencoba membujuk kami untuk diantar ke Ulee Lheue dengan becak mesin. "Maaf pak, sudah dipesan sebelumnya dari Medan" kata Jansen kemudian.
Perjalanan ke pelabuhan tempat kami menyeberang ke pulau Weh memang sebentar, pengemudi taksi yang kami tumpangi (oh..lupa berkenalan shame on me) sempat bercerita bagaimana detik-detik terakhir sebelum tsunami menghancurkan pelabuhan dan pemukiman penduduk di sekitarnya. Aku hanya terdiam, membayangkan bagaimana perjuangan berbagai pihak untuk memulihkan daerah ini hingga menjadi seperti yang kulihat saat ini.
**
Nama kapalnya KM. Pulo Rondo, cukup nyaman, walaupun kami memilih kelas ekonomi, 45 menit perjalanan kapal cepat ini mengantar kami tiba di Balohan pelabuhan Sabang, yayyyyy...
Tidak terlalu besar namun cukup bersih, dan di sekitarnya banyak penjual makanan dan minuman salah satunya 'kedai Aceh Tulen' tetapi pemiliknya sepertinya etnis Tionghoa ;)
Saatnya menuju penginapan!!
Pak Ruslan namanya, ia sudah menyiapkan 2 kamar untuk kami, yang pada akhirnya kami tolak dan lebih memilih rumah panggung untuk kami bersembilan, ada 2 kamar di dalamnya dan masih ada ruang kosong untuk kami bersantap malam. Butuh perjuangan untuk meyakinkan beliau agar kami bisa menyewa rumah ini, karena memang tidak diperuntukkan bagi yang belum sah suami istri namun setelah berulang kali menjelaskan dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan amoral, akhirnya kami pun bisa menyewanya :)
Dari penginapan, kami bisa melihat pesona pantai iboih yang begitu indah, degradasi warna hijau dan kapal nelayan yang tertambat di pinggirnya membuatku semakin tak sabar untuk bermain-main di atas pasirnya yang lembut. Tak jauh dari sana, kami bisa melihat pulau Rubiah yang katanya cocok untuk tempat snorkling.
Setelah berdiskusi sebentar, kami pun memutuskan untuk ber-snorkling sepanjang hari itu, dan esok dilanjutkan berkeliling kota sabang, dengan biaya 50 ribu per orang kami menyewa peralatan snorkling ditambah pemandu yang akan membawa kami ke spot-spot indah dan 150 ribu rupiah lagi untuk sewa boat untuk mengantar kami ke pulau.
Walau pertama kali, ternyata snorkling tak sesulit kelihatannya. Hanya berlatih bernafas dengan mulut maka kita sudah bisa melihat-lihat keindahan alam bawah laut dengan ribuan mahluk hidup di dalamnya. Ada tripang, bintang laut, ikan bulu ayam,letter six aceh,layaran,bh leadership, angelfish dan masih banyak lagi, percaya atau tidak, snorkling bisa membuat ketagihan, jika saja wandi (pemandu, yang tak percaya dengan usia kami sebenarnya) tak mengingatkan kami bisa-bisa kami tak ingat waktu dan terus mencari spot-spot lainnya. I Love Snorkling!!
**
Jika sampai di sabang, wajib singgah di tugu Nol Kilometer, tugu yang diresmikan 24 September tahun 1997 oleh Menristek BJ.Habibie ini kondisinya terbilang kurang terawat,atapnya banyak yang bocor, bahkan ada tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab tega menuliskan nama mereka di prasasti tugu 'yassir dkk' halahhhhh....
tidak banyak keterangan yang bisa diperoleh mengenai tugu ini di sini, hanya tanggal diresmikan dan posisi nya berdasarkan letak geografis, suasana yang sepi tiba-tiba berubah ketika puluhan monyet liar mulai mendekati kami,berharap mendapat makanan bukan hanya monyet seekor babi hutan berukuran besar juga sukses membuat Lara menjerit-jerit karena takut. Karena suasana sudah mulai tidak kondusif kamipun memutuskan segera pergi dari tempat itu, Jefry (pemandu kami hari ini) mengajak kami untuk melihat air terjun dan 2 pantai lagi sebelum kami menuju pelabuhan Balohan. Pantai anoi hitam dan sumur tiga, semakin menggoda kami untuk tinggal lebih lama di pulau ini. Yahh...1 malam memang sangat sangat kurang untuk menikmati keindahan yang ditawarkan pulau Weh :( "kita akan kembali ke sini" begitu ucapan-ucapan yang keluar untuk menghibur hati preeeet...
Berkeliling Pulau Weh mengingatkanku pada tetangga pulau ini, Pulau Langkawi Malaysia dan Phuket di Thailand. Konturnya sama, ada hutan, pantai dan pulau-pulau indah di sekitarnya. Pulau ini tidak kalah menarik, hanya perlu waktu untuk mengejar ketertinggalannya untuk dikenal. Perlu keseriusan dari berbagai pihak untuk kemajuan pariwisata di sini, terutama dalam bidang transportasi untuk akses ke pulau. Seandainya beberapa tahun lagi, pulau Weh akan mempunyai bandar udara internasional sendiri mungkin ia akan berdiri sejajar dengan daerah wisata milik kedua negara tetangga. See you again Pulau Weh!!
#semoga tulisan ini bisa menjadi potongan-potongan kenangan indah kebersamaan kita -Kacinanoers#
Love You all...
Thursday, January 05, 2012
Maaf
Entah sampai kapan ini akan berulang,aku tak tahu...aku seperti tidak memiliki kekuatan untuk menolaknya,atau aku yang terlalu lemah untuk berjuang sedikit melawannya??
Sesal itu kini datang, mencoba mengusir kebahagiaan semu yang mengisi hati dan jiwa. NamaMU menjadi begitu asing bagiku, aku takut untuk memanggilMU atau sekedar berbincang ringan denganMU, maafkan aku yang telah berpaling dariMU (lagi...)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Maaf...
Entah sampai kapan ini akan berulang,aku tak tahu...aku seperti tidak memiliki kekuatan untuk menolaknya,atau aku yang terlalu lemah untuk berjuang sedikit melawannya??
Sesal itu kini datang, mencoba mengusir kebahagiaan semu yang mengisi hati dan jiwa. NamaMU menjadi begitu asing bagiku, aku takut untuk memanggilMU atau sekedar berbincang ringan denganMU, maafkan aku yang telah berpaling dariMU (lagi...)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Saturday, November 26, 2011
Aku ingin...
Aku ingin melayang bersamamu, ke tempat yang hanya ada engkau dan aku, meninggalkan semua yang ada, sungguh aku rela...
Aku ingin mengenggam tanganmu selamanya, agar aku tidak terjatuh meniti jalan yang terbentang di hadapku...
Aku ingin menghabiskan semua waktuku bersamamu, karena aku tahu bersamamu tak kan ada lagi air mata, yang ada hanya senyum dan bahagia selamanya...
Engkau lihat?
Hari ini hujan turun lagi, menghapus hangatnya sinar mentari,aku tidak tahu sampai kapan ia akan disana, membawa kabut dan dingin bersamanya. Salahkah jika aku membencinya?
Engkau pernah berjanji akan mengajariku menari di dalamnya..aku ingin engkau ada saat ini membantuku bersahabat dengan hujan...
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT